Dangdeur, 24 Nopember 2018
Kali ini Saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman Saya membuat cimol goreng di rumah, tapi sebelum lanjut mungkin ada yang pengen tahu dulu cimol itu apa. Kalau di daerah Saya, cimol itu adalah panganan makanan yang terbuat dari pati singkong ( aci ) dan sedikit tepung terigu di bentuk bulat-bulat kecil seukuran kelereng atau di bentuk agak pipih dan lain-lain sesuai selera si pembuat. Campuran bahan lain seperti garam dan bumbu penyedap rasa ikut di sertakan dalam adonan cimol iini. Jika di lihat dari segi proses memasaknya, cimol terbagi menjadi dua jenis. Pertama, jenis cimol goreng yaitu cimol yang di olah dengan cara di goreng dan kedua jenis cimol basah yang proses memasaknya dengan cara di rebus kemudian di lanjut dengan di goreng sesaat di wajan untuk mencampurkan aneka ragam bumbunya.
Jenis cimol mana yang Saya buat malam itu? Yap, benar sekali cimol goreng, teman-teman.
Nah sedikit info saja nih, awal mula Saya jatuh cinta dengan makanan ringan yang terbuat dari aci ini ketika iseng-iseng Saya beli cimol dari abang-abang yang biasa jualan di pinggir jalan atau kebetulan jika lagi ada pasar malam dulu Saya suka menyempatkan diri beli cimol ini. Harganya cukup terjangkau loh cuma dua ribu atau tiga ribu rupiah saja per bungkusnya. Bagi Saya cimol itu unik dan enak, kenyal-kenyal gurih gimana gitu pokoknya enak deh.
Suatu hari Saya berinisiatif untuk belajar juga bikin sendiri cimol ini, seperti apa sih rasanya kalau Saya yang bikin? Apa bakal tetap enak atau malah sebaliknya ... hehee.
Biar cepet tahu, Saya pun langsung mencobanya dari mulai mencampurkan semua jenis bahan, menyiramnya dengan air mendidih sampai proses pembuatan adonan. Ternyata bukan cerita mudah loh jika baru pertama kali membuat adonan cimol itu, selain panas takaran airnya pun gak boleh sembarangan. Jika terlalu banyak air, adonan jadi menempel semua di telapak tangan dan proses pembentukan cimol jadi susah di bentuk. Sebaliknya jika air terlalu sedikit, adonan menjadi keras dan cimol yg di hasilkan pun jadi kurang kenyal. Hal ini Saya tahu dari sekian kali percobaan yang Saya buat sendiri dari mulai gagal total hingga mulai berhasil.
Pertama kali Saya nyoba bikin cimol itu sewaktu di daerah Sambong jaya-Tasikmalaya, kebetulan posisi Saya waktu itu ngekost di salah satu rumah warga sewaktu mengikuti pelatihan kesehatan selama satu tahun, tapi saya ngekost disana cuma enam bulan saja sebelum kemudian Saya pindah kost an ke daerah Cibarégbèg - Tasikmalaya, tepatnya di belakang mall Asia Plaza Tasikmalaya. Oke kembali ke pembuatan cimol, waktu itu Tahun dua ribu tujuh akhir tepatnya. Kebetulan si pemilik rumah bapak satu orang anak yang bisa di bilang masih muda itu rupanya doyan juga sama yang namanya cimol, akhirnya Kami pun sepakat mencoba membuat cimol dengan pengetahuan sekenanya saja. Hahaa ...
Apa yang kemudian terjadi?? pak mubin mubarrok atau yang lebih di kenal dengan panggilan a Dodo sang pemilik rumah itu bilang ke Saya : " ndra, ko kayak gini ya ... " sambil ketawa-tawa dia menunjukkan hasil adonan yang jadi kayak perekat, nempel semua di tangan dan di alas plastik. " Waduhhh ... gagal tèa ieu mah ( waduhhh ... beneran gagal kayaknya ni ) " gumam Saya dalam hati. Namun karena sudah nanggung, adonan yang ' hancur berantakan ' itu pun coba di paksa untuk tetap di goreng dan ......." duar derr dorr " pada meledak semua cimolnya. Hmmmmmmphhh ... nasib-nasib ...
Singkat cerita, kali kedua Saya coba buat kembali sendiri cimol itu di rumah. Alhamdulillah lulus di proses adonan, gembira sangat rasanya hati ini. Eh ternyata kegembiraan itu tak berlangsung lama, Saya terkejut manakala cimol itu di goreng ke wajan, meledak lagi dan lagi hingga Saya matikan tuh kompor. Dalam hati Saya bilang : " kok gini amat yaa " hmmmmphhh ...
Tapi untungnya Saya tak patah arang, Saya pun terus mencobanya di hari yang berbeda. Berharap suatu saat Saya bisa sukses membuatnya dengan tanpa meledak lagi dan cimol yang di hasilkan setara rasanya dengan yang biasa di jual oleh si abang-abang tukang jualan pinggir jalan. Tapi nampaknya keberuntungan belum bersedia menghampiri Saya, Saya harus lebih fokus dan sabar lagi dalam membuat cimol ini.
Sekian waktu lamanya, sampai Saya pun menikah. Sesekali Saya sempat juga mencobanya membuat kembali dan mengulang cerita pembuatan cimol ' bandel ' ini. sampai kemudian suatu ketika alhamdulillah Saya pun bisa di bilang berhasil, cimol yang biasanya bandel perlahan-lahan nurut sama Saya ... hehee ... kini tak ada cerita adonan nempel lagi di tangan atau cimol meledak-ledak kayak meriam. Saya pun senang dan Saya ucapkan terima kasih kepada waktu atas segenap pengalaman yang Saya lalui, sekarang cimol buatan Saya sudah tak meledak lagi.