Aku fahami keraguanmu,
Bahwa semakin lanjut waktu berlalu
Tanda tanya itu selalu muncul dan menebal mengenai kapan, kapan dan kapan
Disini kita takkan bisa menjanjikan apapun,
Bukan karena kita tak mampu atau karena penuh keadaan, apalagi hanya mengeluarkan segudang alasan
Cinta ini telah di pupuk oleh jutaan kepercayaan pada awalnya
Hingga kini pohon yang kita tanam itu tengah rindang dan hijau-hijaunya menantikan buah
Cinta ini terus beranak menelurkan bibit -bibit kerinduan yang maha dahsyat,
Rasanya seperti banjir yang menghanyutkan atau seperti hujan deras yang tiada hentinya membasahi badan
Jiwa ini serasa sedang mencumbui rembulan,
Ketika malam-malam datang bertaring seribu bintang,
Aku hanya yang tak kebal terhadap keadaan,
Keadaan yang sudah kita bentuk sedari awal,
Sampai masa indah itu tertunda kemudian
Dan kini tuhan memersatukan kita dalam dekapannya
Dekapan yang hanya boleh kita saja yang tahu
Aku tak ingin cemburu saat orang lain dengan perjuangannya justru cepat-cepat dipertemukan dan segera merajut asa nya,
Aku tak iri ketika orang-orang lebih mudah untuk menikmati,
Biarlah itu milik orang lain
Kenapa kita menginginkan yang sama
Sementara selama ini aku nyaris selalu menolak persamaan
Aku ingin cerita kita adalah sejarah
Sejarah yang berbeda dari kebanyakan para pemeran
Bukan berarti tanpa ujung penantian ini,
Akan tetapi tolehlah olehmu matahari di ufuk timur itu
Dia mencintai bumi meskipun bumi dan ia jauh jaraknya
Apalagi kita yang hanya dipandanginya, menatap langit yang sama dari sudut yang berbeda
Jangan anggap keresahanmu seperti sedang resah sendiri
Aku pun sama, hanya aku tak sama dalam merasakan
Bukan berarti selamanya kita akan menunggu
Tapi seperti yang kamu bilang, waktu akan membuktikan seberapa benar cinta ini seberapa kuatkah
Toh kebahagiaan tak perlu di bicarakan sekarang
Karna bahagia tak butuh alasan
Kita bicara pahit saja dulu sekarang
Sebab pahit itu pasti
Sedangkan bahagia patut di perjuangkan
Selamat pagi, bidadariku ...