“ Salasa nyunda “ merupakan istilah baru yang sekitar satu,
dua bulan ke belakang sempat ramai dibicarakan terutama di kalangan pemerintahan
desa Luyubakti. Pun demikian bukan tanpa sebab, namun istilah tersebut mencuat
ketika Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto menggulirkan program bertema Salasa
nyunda. Hal ini bertujuan dalam upaya ngamumule’ ( memelihara dan melestarikan
) adat sunda itu sendiri. Senada dengan hal itu, bagi laki-laki di tiap hari
selasa agar mengenakan pakaian adat sunda berupa pangsi lengkap dengan iketnya
dan bagi perempuan menggunakan pakaian kebaya.
Tidak hanya sebatas berbusana, namun di tiap hari selasa
tiba dalam berbahasa pun harus menggunakan Bahasa sunda dan tatakrama tingkah
laku yang sopan serta santun, menebar senyum manis kepada sesama jika
bertemu/berpapasan. Selanjutnya makanan yang dikonsumsi juga di upayakan
makanan khas sunda atau bisa juga makanan yang dihasilkan dari hasil bercocok
tanam bisa berupa umbi-umbian, biji-bijian atau kacang-kacangan.
Saya sendiri sebagai orang sunda merasa program ini sangat
positif, mengingat cara dan ciri orang ‘sunda’ memang harus dibangkitkan
kembali, dilestarikan dan juga dicintai. Mengapa? Karna tidak ada yang begitu benar-benar
mencintai budaya sunda kecuali bangsa sunda itu sendiri. Begitu juga dengan Bahasa
atau basa, tidak ada yang benar-benar mencintai Bahasa/basa Sunda kecuali
bangsanya ( orangnya ) sendiri.
Sampurasun, baraya !
Mugia rahayu sagung dumadi