Hari itu tanggal 20 Oktober 2018, merupakan
salah satu hari bersejarah khususnya di kabupaten Tasikmalaya. Kenapa tidak,
hari itu Kami dari rombongan aparatur pemerintahan desa Luyubakti berangkat
menuju lapangan pemda kabupaten Tasikmalaya, tepatnya di daerah Bojong Koneng
untuk mengikuti kegiatan lomba ngaliwet ( menanak nasi liwet ) yang diikuti
oleh ribuan peserta yang sebagian diantaranya diikuti oleh para santri
se-kabupaten Tasikmalaya dan para aparatur pemerintahan Desa se-kabupaten
Tasikmalaya.
Bukan tanpa alasan, kegiatan ini merupakan bagian dari kemeriahan
dalam rangka menyambut hari santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober
2018. Khusus untuk para santri, kastrol ( wajan untuk menanak nasi liwet )
telah disediakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya. Namun tidak
demikian bagi peserta ngaliwet dari aparatur pemerintahan desa, bagi aparatur
pemerintahan desa peralatan dan perlengkapan ngaliwet harus bawa sendiri mulai
dari Kastrol, beras, lauk dan kayu bakar. Sebagaimana halnya juga Kami pagi itu
setelah selesai mengambil nomor peserta, Kami pun bergegas memasuki arena
tempat dimana lomba ngaliwet digelar. Tampak deretan batang bambu lengkap
dengan kawat pengait dan nomor peserta telah tersusun rapih sejauh mata
memandang.
Para peserta lomba ngaliwet terus berdatangan, hingga terlihat
di sekeliling lapangan hamparan putih dari para peserta yang memang kebanyakan mengenakan
baju koko warna putih, ada yang dilengkapi dengan peci dan juga sorban. Kemudian
Api pun mulai dinyalakan, kastrol-kastrol telah ditempatkan sebagaimana
mestinya dengan posisi di gantungkan pada seutas kawat yang diikatkan ke batang
bambu. Terlihat asap mulai membumbung tinggi ke angkasa, rasa gembira dan
antusias tampak jelas di raut wajah para peserta lomba ngaliwet.
Kendati cuaca pagi itu tidak begitu terang, rintik gerimis
Kami rasakan mulai turun. Sempat agak risih kalau-kalau berlanjut menjadi hujan,
bisa berabe juga. Tapi kemudian gerimis tak berlangsung lama, karena mendung
segera bergerak perlahan berganti terang dan keseruan pun berlanjut.
Berhubung meskipun Kami dari rombongan yang sama, namun
dikelompokkan menjadi beberapa tim yang terdiri dari 2 orang untuk
masing-masing timnya. Lauk yang Kami bawa pun berbeda-beda, ada yang membawa
daging ayam, ikan asin, telur Ayam dan lain sebagainya.
Sembari menunggu liwet masak, sebagian dari Kami ada yang
menyeduh kopi, merokok, membuka layar ponsel dan Saya sendiri mencoba melihat
sekeliling sambil bikin vlog alakadarnya. Alasan Saya bikin Vlog, karena lomba
ngaliwet ini merupakan momen spesial yang tidak bisa di jumpai tiap hari bahkan
sebulan sekali pun tidak. Walaupun Vlognya bisa dibilang rada amburadul, tapi
lumayan kan niatnya juga cuma pengen mengabadikan momen saja. Hehee …
Kepala desa Luyubakti selaku pimpinan rombongan Kami, tidak
lupa pula ikut ambil bagian dalam rangka memeriahkan hari Santri nasional ini
tidak terkecuali petugas dari kecamatan Puspahiang pun tampak hadir berada di
tengah-tengah Kami.
Tak lama kemudian, satu per satu nasi liwet Kami sudah matang
dan sesaat lagi siap santap. Tapi tunggu dulu, kastrol dan nasi liwetnya harus
tetap berada ditempatnya karena sebelum disantap, nasi liwet karya Kami
tersebut harus dinilai dulu oleh juri. Kebetulan wajah salah satu dari tim
penilai cukup familiar di mata Saya, Dia adalah almukarom ustadz Aang Iip Mubarok
yang setahu Saya merupakan bagian dari keluarga besar FKDT Kabupaten
Tasikmalaya. Apa itu FKDT? FKDT adalah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah yang
bergerak dibidang organisasi diniyah sekaligus menaungi diniyah ( Sakola Agama
) se-Kabupaten Tasikmalaya.
Oke kembali lagi ke topik, selesai penilaian segera tuh nasi
liwet disantap dengan terlebih dulu di turunkan dari cantolan kawatnya. Masyalloh,
meskipun disantap di bawah teriknya matahari yang mulai terasa menggigit dan
suasana tubuh berkeringat. Tapi kenikmatan yang sungguh luar biasa, Kita
bersama-sama menyantap hasil olahan tangan Kita sendiri. Alhamdulillah !