Friday, March 22, 2019

SEMOLEK PELANGI SENJA


Seandainya kamu tahu, aku pun senada dengan gemuruh ombak yg tumpah ruah di dalam dadamu

Liar tak ber-ibu, tak tertawarkan meski dengan beribu-ribu
Kupu-kupu kembang jeruk yang bersayap dan berbulu, sama aku pun ingin memburu
Meledakkan setiap ketidakfahaman ini dan menikmati hidangan penjamuan

Salak yang kau makan begitu lembut untuk di cerna badan
Sementara yang ku telan ku tahu akan tersedak di kerongkongan sebelum sampai ke perut ketidakpuasan

Ku akui bahwa warnamu semolek pelangi senja hari
Srigala mana yang tak kenal dengan wangi rembulan
Hingga gulungan awan mesra menjinahi lautan dan daun-daun ilalang bunting sepanjang hari
Dalam sesaat kau melupakannya dan mengganti ranting tempat kau menari pindah dari satu dahan ke dahan yang lain

Apa yang kemudian terjadi?
Kita sama-sama tidak pernah faham apa yang di inginkan matahari hingga kita harus merasakan tersesat di tengah hutan, sedangkan pagi baru saja di mulai dan burung-burung bernyanyi tentang indahnya sorga abadi

Aku pun sama dengan dirimu, bertulang namun kurang mencintai tiang
Bedanya kamu di beri kesempatan lebih dan bisa menjadi api yg mampu melahap apa saja selagi kering
Sedangkan aku hanya calon ban di samping pohon karet


Tak ada milyaran yang kuat membayar sebuah kesempatan
Semua itu terjadi atas dasar kecintaan langit kepada bumi

No comments:

Post a Comment